Ekologi dan Lingkungan

HASIL PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN
PT. DIAMOND RAYA TIMBER

TAHUN 2011


Pengelolaan lingkungan oleh PT. Diamond Raya Timber (PT. DRT) mencakup lingkungan fisik (terutama sistem tata air) dan keanekaragaman hayati yang hidup di dalamnya (flora dan fauna) yang dilakukan secara berkesinambungan dan menyeluruh. Penerapan konsep HCVF (High Conservation Value Forests) oleh PT. DRT adalah langkah positif dalam melindungi keanekaragaman hayati, lanskap dan ekosistem yang bernilai konservasi tinggi yang terdapat di areal dimana pelaksanaannya diintegrasikan dengan pengelolaan kawasan lindung yang telah diatur dalam undang-undang.

PT. Diamond Raya Timber telah mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi terhadap dampak yang ditimbulkan dari kegiatan operasionalnya. Upaya pengelolaan dampak dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan dan monitoring secara terpadu yang mencakup seluruh aspek lingkungan baik vegetasi, satwa, tanah, air maupun sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat.


Fisik Kimia

Suhu

Sebagai daerah tropis, rata-rata suhu udara tahunan di Indonesia tidak mengalami fluktuasi yang besar.  Fluktuasi yang relatif besar hanya terjadi pada suhu harian antara pagi, siang, dan malam.  Terlihat dari tabel di atas, suhu udara di lima stasiun pengamatan berkisar antara 22,1°C-29,2°C. Suhu terendah 22,1°C adalah suhu pagi hari pada bulan Januari di Sei Senepis, sedangkan suhu tertinggi, yaitu sebesar 29,2°C dicapai siang hari pada bulan Mei di Sei Sinaboi.

Pada pengamatan bulan Juli-Desember dapat diketahui bahwa  suhu udara di lima stasiun pengamatan berkisar antara 22,9°C-28,4°C. Suhu terendah 22,9°C adalah suhu pagi hari pada bulan Juli di Sei Teluk Dalam, sedangkan suhu tertinggi, yaitu sebesar 28,4°C dicapai siang hari pada bulan September di Camp T-8.

Curah hujan
Dari hasil pengukuran pada periode Januari-Juni 2011 dapat diketahui bahwa curah hujan tertinggi, yaitu 9,77 mm³ terjadi di bulan Juni (stasiun bawah, camp senepis) dan curah hujan terendah, yaitu 5,78 mm³ terjadi pada bulan Mei (stasiun camp T-8). Curah hujan total dan jumlah hari hujan selama periode di atas sedikit banyak menunjukkan pergerakan musim dari kemarau ke musim penghujan.

Pada periode Juli-Desember 2011, data curah hujan tertinggi, yaitu 9,05 mm³ terjadi di bulan Juli (stasiun I) dan curah hujan terendah, yaitu 6,50 mm³ terjadi pada bulan Desember (stasiun II). Curah hujan total dan jumlah hari hujan selama periode di atas sedikit banyak menunjukkan pergerakan musim dari kemarau ke musim penghujan.  Curah hujan yang tertinggi pada tahun 2011 di stasiun pengamatan curah hujan di areal PT DRT terjadi pada bulan Juni.


Tinggi permukaan air gambut
Pada periode pengamatan Januari-Juni 2011 sama halnya dengan periode Juli-Desember 2011, permukaan air gambut tidak pernah berada di bawah titik nol. Dengan kondisi ini, resiko kebakaran hutan rendah. Pergerakan tinggi muka air gambut cenderung mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan curah hujan.

Tinggi permukaan air sungai
Areal kerja PT. Diamond Raya Timber yang sebagian besar merupakan kawasan rawa gambut mempunyai beberapa sungai seperti Sungai Senepis, Sungai Sinaboi, Sungai Teluk Dalam dan Sungai Nyamuk serta beberapa parit kecil yang tersebar di dalam areal seluas 90.956 Ha yang sangat potensial sebagai air permukaan untuk menunjang kehidupan manusia. Berdasarkan peruntukannya, air permukaan yang ada seperti sungai dan parit banyak dimanfaatkan untuk keperluan manusia seperti penampungan air, transportasi, keperluan industri, perumahan, sebagai daerah tangkapan air, pengendali banjir, ketersediaan air, irigasi, tempat memelihara ikan dan juga sebagai tempat rekreasi.


Debit sungai
Pemantauan dilakukan di empat sungai yaitu  di Sei Sinepis, Sei Teluk Dalam, Sei Sinaboi dan Sei Nyamuk. Diantara keempat sungai yang dipantau, Sungai Sinaboi dan Sei Nyamuk memiliki debit rata-rata tertinggi sedangkan debit terendah adalah Sei Sinaboi.  Debit air sungai cenderung konstan dari Juli hingga Desember. 

Kualitas air
Secara alamiah, air yang mengalir di sungai-sungai di dalam areal kerja perusahaan adalah air gambut dengan karakteristik berwarna merah kecoklatan dengan pH yang asam (umumnya < 6), kandungan zat organik tinggi, kekeruhan dan kandungan tersuspensi rendah, dan kandungan kation yang rendah.

Kualitas air diperiksa secara kontinyu setiap tahun, yaitu di sungai Senepis, sungai Sinaboi, sungai Nyamuk, sumur di dalam blok tebangan serta parit yang terdapat di sekitar tempat tinggal penduduk. Parameter yang dipantau antara lain pH, O2, CO2, PO4, NO3, NH3, kebutuhan oksigen biokimia dan kimiawi serta mikrobiologi.

Dari hasil uji laboratorium yang bekerjasama dengan UNRI dapat disimpulkan bahwa kualitas air yang terdapat di lokasi pemantauan termasuk dalam kualitas II, dimana air yang ada di lokasi pemantauan dapat digunakan untuk keperluan prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Subsidensi
Sebagian besar kawasan hutan PT. Diamond Raya Timber merupakan hutan rawa gambut. Sebagian besarnya masih berupa tutupan hutan dan menjadi habitat bagi berbagai spesies fauna dan tanaman langka. Lebih penting lagi, lahan gambut menyimpan karbon (C) dalam jumlah besar. Gambut juga mempunyai daya menahan air yang tinggi sehingga berfungsi sebagai penyangga hidrologi areal sekelilingnya. Konversi lahan gambut akan mengganggu semua fungsi ekosistem lahan gambut tersebut.

Apabila hutan gambut didrainase, maka karbon tersimpan pada gambut mudah teroksidasi menjadi gas CO2 (salah satu gas rumah kaca terpenting). Selain itu lahan gambut juga mudah mengalami penurunan permukaan (subsiden) apabila hutan gambut dibuka.

Penurunan permukaan lahan gambut (subsiden) terjadi segera sesudah lahan gambut didrainase. Kedalaman muka air tanah merupakan faktor utama penentu kecepatan subsiden karena sangat mempengaruhi proses penjenuhan dan pembentukan gambut. Faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah penggunaan alat-alat berat. Penurunan permukaan gambut juga menyebabkan menurunnya kemampuan gambut menahan air.  Oleh karena itu, PT. DRT tidak menggunakan sistem kanalisasi sehingga subsidensi tidak terjadi.  Hal ini didukung dengan data hasil pemantauan yang menunjukkan bahwa baik di hutan primer, bekas tebangan maupun di kawasan lindung, tidak terjadi subsidensi.





Biologi


Flora
Vegetasi khas hutan rawa gambut adalah ramin (Gonystylus bancanus), meranti rawa (Shorea spp.), durian burung (Durio carinatus), suntai (Palaquium obovatum), bintangur (Callophyllum soulattri), geronggang (Cratoxylon arborescens), punak (Tetramerista glabra), jangkang (Xylopia malayana), pisang-pisang (Mezzetia parviflora), dan kelat (Eugenia sp.).  Berdasarkan data terbaru, perbedaan kondisi hutan sebelum penebangan dengan setelah penebangan sangat kecil yang terlihat dari rata-rata IS antara kondisi sebelum dan setelah penebangan sebesar 90,51%.

Berdasarkan pemantauan yang dilakukan melalui permanent sampling plot tahun 2011, luas rata-rata keterbukaan tajuk akibat penebangan di bawah 20%.  

Fauna
Untuk jenis mamalia, terdapat 11 jenis satwa yang ditemui, diantaranya adalah babi hutan, beruk, monyet kra, lutung, harimau sumatera, owa dan sebagainya. Jenis yang paling sering djumpai adalah jenis monyet kra. Khusus untuk harimau sumatera, pada periode Januari-Juni 2011 ditemukan 3 kali perjumpaan.  Hasil kegiatan pemantauan dan monitoring satwa liar selama periode Juli-Desember 2011 secara keseluruhan ditemukan 23 jenis satwa baik melalui jumpa langsung maupun melalui temuan tanda-tanda keberadaannya.

Berbagai jenis burung juga mendiami areal hutan yang dikelola oleh PT. DRT, diantaranya rangkok, raja udang, elang rawa, punai, bubut, kangkareng, murai daun, murai batu dan lain-lain.  Meskipun sangat jarang ditemui, reptil yang pernah dijumpai antara lain biawak, ular, buaya, dan kadal.


Kawasan Lindung

Rencana kawasan lindung yang dikelola oleh PT. DRT mencakup 17% dari total luas areal konsesi.  Sampai dengan tahun 2011, sebanyak 90% telah dilakukan penataan batas.  Sisanya sebesar 10% berupa biodiversity strips yang penataannya mengikuti penataan areal kerja tahunan (RKT).

Kawasan lindung yang ada di dalam areal kerja PT. DRT yaitu sempadan sungai (16%), sempadan pantai (3%), KPPN (2%), biodiversity stips (23%), kawasan konservasi insitu (6%), mangrove dan ekoton (20%), dan kawasan lindung gambut (30%).


Sosial, Ekonomi dan Budaya

Pendapatan Masyarakat Lokal
Sebagian besar penduduk di sekitar areal PT. Diamond Raya Timber di bagian utara bermatapencaharian utama sebagai nelayan. Hal ini karena desa-desa tersebut berada dekat dengan sungai dan Selat Malaka. Desa-desa yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai nelayan adalah desa Sinaboi dan Sungai Bakau. Sedangkan yang bermatapencaharian sebagai petani tanaman pangan (padi dan palawija) adalah desa Bagan Punak, Labuhan Tangga Besar, dan Labuhan Tangga Kecil. Lahan pertaniannya berupa sawah tadah hujan atau ladang. Pada umumnya petani tanaman pangan tersebut juga mengusahakan kebun campuran. Berbagai tanaman dibudidayakan di kebun campuran, seperti kelapa, pisang, pinang, dan buah-buahan. Beberapa petani juga mengusahakan kebun sawit dan karet.

Peluang Kerja dan Kesempatan Berusaha
PT. DRT membuka peluang yang seluas-luasnya bagi masyarakat sekitar hutan untuk menjadi tenaga kerja di perusahaan sesuai dengan kebutuhan dan berdasarkan pemenuhan terhadap persyaratan yang ditentukan.


Adanya camp PT. DRT di Sei Senepis lebih membuka peluang bagi masyarakat sekitar untuk berinteraksi secara ekonomi dengan karyawan, misalnya dengan aktifitas jual beli kebutuhan sehari-hari (sayur mayur, ikan dan lain sebagainya).

Tingkat Kesehatan
Penyakit-penyakit yang biasanya menyerang adalah influenza, penyakit kulit, sakit mata, sakit kepala dan sakit perut. Sebagai salah satu bentuk kepedulian sosial, PT. DRT menyediakan klinik di Sei Sinepis yang bisa diakses secara gratis oleh masyarakat sekitar apabila ingin berobat.

Tingkat Pendidikan

Data statistik menunjukan pada tahun 2008/2009, Taman Kanak-kanak berjumlah 38 sekolah, 3.488 murid dan 281 guru dengan rasio murid terhadap guru 12,41. Selanjutnya  pada tahun 2008/2009 Sekolah Dasar berjumlah 89 jumlah murid 32.128 dan guru 1.09 dengan rasio murid terhadap guru 16,32.

Data statistik pendidikan menengah terbatas pada SLTP dan SLTA dilingkungan Dinas Pendidikan Kota Dumai saja. Pada tahun 2008/2009 terdapat 26 SLTP umum dan 26 SLTA dengan jumlah murid SLTP 11.56 dan jumlah murid SLTA 9.051 Sedangkan rasio murid terhadap guru SLTP 14,40 rasio murid terhadap guru SLTA 2,9. Untuk tingkat pendidikan tinggi, hingga tahun 2009 setidaknya terdapat 7 Perguruan Tinggi Swasta di Kota Dumai, dengan jumlah total mahasiswa mencapai lebih dari 3.500 mahasiswa.
Pembangunan daerah
Menurut hasil sensus 2006, jumlah populasi Kabupaten Rokan Hilir adalah 421.310 jiwa dengan laju pertumbuhan rata-rata adalah 48,33 jiwa/km².

Lebih dari 50% ekonomi kabupaten ini berasal dari sektor pertanian, khususnya dari bagian sektor perkebunan, perikanan, tanaman pangan dan kehutanan. Sektor lain yang memberikan kontribusi besar adalah perdagangan, hotel dan restoran, khususnya pada sektor perdagangan.


Sejak berlakunya otonomi daerah, Kabupaten Rokan Hilir telah mencoba untuk mempersiapkan sarana dan infrastruktur baru seperti:
  • Transportasi Darat (1.828 km mudah diakses dengan kendaraan roda empat)
  • Transportasi Udara (4 pelabuhan ekspor-impor), pada 4 lokasi yaitu; Bagan Siapi-api, Panipahan, Tanjung Lumba-lumba dan Sinaboi
  • Listrik – 26 unit pembangkit listrik tenaga diesel dengan total kapasitas 29.372.616 kWH
  • Telekomunikasi (telepon rumah, telepon genggam dan internet)
  • Fasilitas Kesehatan (3 Rumah Sakit, 10 Puskesmas, dan 58 Puskesmas Pembantu)
  • Air bersih, dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Mineral (PDAM) dengan jumlah volume 9.840 m³
  • Fasilitas pendukung; Perbankan (Bank Nasional dan Bank Lokal), Akomodasi (Hotel dan Fasilitas Pemondokan)
(Sumber:http://www.baganintheworld.com/sejarah-dan-profil-rokan-hilir/)

Pengendalian Limbah

Kegiatan pengendalian limbah bertujuan untuk menangani sisa-sisa kegiatan pemanenan hutan dan meminimalkan dampak limbah terhadap lingkungan.  Limbah yang dihasilkan oleh rangkaian kegiatan pemanenan adalah limbah bekas penebangan dan limbah rumah tangga. Limbah bekas penebangan dapat berupa kayu sisa penebangan, bekas jalan sarad, dan bekas TPn. Sedangkan limbah rumah tangga adalah sampah organik dan anorganik yang dihasilkan dari kegiatan karyawan di dalam areal kerja.

Penanganan limbah kayu berupa sisa penebangan, pohon tumbang, bekas jalan sarad, dan bekas TPn dilakukan dengan semaksimal mungkin menggunakan kembali kayu yang masih dalam kondisi bagus sebagai bahan jari-jari dan galangan.  Pemanfaatan kembali limbah kayu ini terus dipantau setiap bulan sehingga diketahui persentase pemanfaatannya.  Lebih dari 70% sumber bahan kayu untuk galangan dan jari-jari berasal dari pemanfaatan limbah kayu.

Bahan kimia dalam jumlah yang kecil juga digunakan untuk mengawetkan kayu ramin agar kualitasnya tetap terjaga hingga sampai ke industri.  Bahan kimia lainnya yang juga digunakan adalah pupuk dan bahan kimia persemaian lainnya.  Terhadap penggunaan bahan kimia ini, perusahaan telah mengambil langkah penggunaan, pengendalian  dan penanganan secara hati-hati sehingga tidak mencemari lingkungan.


Tidak ada komentar: